ARTI,
MAKNA DAN TUJUAN SERTA PERIODISASI
SEJARAH
GEREJA INDONESIA
Setelah
mengikuti pembahasan tentang arti, makna dan tujuan serta periodisasi Sejarah
Gereja Indonesia maka mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan arti Sejarah dan Gereja, serta
merumuskan arti Sejarah Gereja berdasarkan dua kata yang telah diartikan.
2. Merumuskan definisi konseptual dan
operasional terhadap Sejarah Gereja Indonesia yang dapat dijadikan sebagai
definisi yang menolong dalam membahas materi sejarah Gereja Indonesia yang
sangat luas yang tidak mungkin diselesaikan dalam satu semester.
3. Definisi tersebut digumululi dalam
kelompok dan dipresentasikan di kelas untuk ditanggapi warga pembelajar Sejarah
Gereja Indonesia di Semester V.
4. Menilai dan memberi argumentasi pada
rumusan makna dan tujuan studi Sejarah Gereja Indonesia. Menilai periodisasi
yang dibuat oleh Fridolin Ukur, khususnya topic prasejarah Gereja Indonesia.
Pokok-pokok
bahasan 1:
Berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan di atas maka untuk mencapai tujuan tersebut,
dipilihlah materi yang sesuai dengan tujuan yang mau dicapai oleh mahasiswa.
Materi tersebut diuraikan sbb:
1.1.Arti
Sejarah Gereja
Sebelum
kita merumuskan arti (baca: definisi), tujuan serta periodisasi Sejarah Gereja
Indonesia, baiklah kita mulai studi ini dengan mencermati pertanyaan berikut
ini dalam hubungannya dengan Sejarah Gereja Indonesia.
Pertanyaan:
1.
Siapa-siapa
yang akan menjadi tokoh-tokoh dalam riwayat sejarah yang hendak kita sajikan?
Apakah orang-orang Eropa (para misionaris) atau orang-orang Indonesia yang
bertobat dan menjadi percaya dan merespon karya Tuhan Yesus Kristus?
2.
Pemikiran
dan perbuatan siapa yang akan ditonjolkan?
3.
Para
pekabar Injil dari Baratkah? Atau orang-orang Indonesia yang melalui usaha
orang-orang Barat itu belajar mengenal Yesus Kristus dan menerima iman Krsten?
Jawaban:
Th.
Van den End menolong kita dalam jawaban seperti berikut:
Dalam
tulisan-tulisan Sejarah Gereja (ilmu sejarah Gereja) yang disusun pada masa
lampau, tokoh-tokoh, perbuatan serta pemikiran para pekabar Injil yang dijadikan pusat pusat perhatian. Menurut Van
den End, cara ini merupakan cara yang paling mudah. Bukankah berita-berita
tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di tengah gereja muda itu
(gereja-gereja yang lahir dari PI oleh para misionaris Eropa) hampir semua
keluar dari para zending? Mereka inilah yang mengirim laporan-laporan ke pengurus
lembaga pekabaran Injil yang telah mengutus mereka, mereka yang menulis
buku-buku kenang-kenangan, dari tangan mereka pula berasal, sampai sekarang,
sebagian besar buku-buku ilmiah mengenai sejarah gereja-gereja kita (Sejarah
Gereja Indonesia). Di balik itu, orang-orang Kristen yang telah bertobat dan
dilayani oleh mereka (para misionaris) tidak atau hampir tidak mempunyai suara.
Mereka tidak banyak berbicara, apalagi menulis. Jadi, kalau kita menggunakan
saja sumber-sumber yang tersedia, sang pekabar Injillah (misionaris) yang
menjadi tokoh utama dalam sejarah gereja Indonesia.
Van
den End, melanjutkan dengan evaluasinya dengan menyatakan: namun demikian,
kenyataan ini tidak bisa dibenarkan. Kita dengan sewajarnya merasa, gambarannya
belum lengkap kalau hanya pihak Eropalah yang disoroti. Ini ada dasar
teeologisnya, yaitu sejarah gereja hanya memperlihatkan para pekabar Injil
(misionaris dari Eropa), maka ia hanya merupakan sejarah pekabaran Injil atau
dapat kita katakana sejarah missi. Van den End, menegaskan bahwa: sejarah
gereja seharusnya meliputi bidang-bidang lebih banyak dari pada hanya pekabaran
injil. Ada ibadah, ada organisasi gereja, ada ajaran gereja, ada kesalehan
hati, ada kelakuan orang-orang Kristen terhadap saudaranya dan terhadap dunia sekitarnya.
(van den End, 1999: 4-5)
Singkatnya
Sejarah Gereja tidak lain bagaimana orang-orang Kristen anggota suatu gereja
menghayati dan mengungkapkan iman mereka. Dari sejarah serta bentuk gereja muda
dapat dilihat “jawaban mereka”. Jawaban itu ialah usaha mereka, agar iman
mereka diberi bentuk dan wujud yang nyata.
Berdasarkan
penilaian di atas marilah kita bersama merumuskan suatu definisi sejarah Gereja
Indonesia, definisi tersebut dapat kita
rumuskan berdasarkan definisi para ahli sejarah gereja, kemudian kita berupaya
merumuskan sebuah definisi sejarah gereja Indonesia yang bersifat definisi
konseptual dan operasional demi menjadi arah bagi kita dalam memilih materi
sejarah dan membahasnya selama satu semester ini.
Arti
Sejarah
Arti
kata Sejarah. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah.
1. Sejarah adalah kejadian dan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan
kenyataan dari masa lampau).
2. Sejarah adalah pengetahuan atau uraian
mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang
lampau (Sejarah = Ilmu Sejarah / pengetahuan atau uraian mengenai fakta
tersebut).
Jadi,
berdasarkan definisi ini, belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta
masa lampau (peristiwa-kejadian itu sendiri) dan usaha menguraikan
fakta/peristiwa tersebut. Dua hal ini tidak dapat kita abaikan dalam studi
Sejarah Gereja Indonesia.
Arti
Gereja.
Gereja
merupakan kata pungut[1] dalam Bahasa Indonesia dari Bahasa Portugis igreja.
Bahasa Portugis selanjutnya memungutnya dari Bahasa Latin Ecclesia[2] yang memungutnya dari Bahasa
Yunani ekklêsia yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata
kaleo=memanggil)/orang yang dipanggil keluar. Jadi, ekklesia berarti kumpulan
orang yang dipanggil ke luar (dari dunia ini).[3] Adanya ekklesia (berkumpul)
karena ada yang memanggil
(panggilan).
Kata
ekklesia ini kemudian dipakai oleh penulis-penulis Perjanjian Baru untuk
menunjuk pada persekutuan orang-orang yang dipanggil oleh Yesus (orang-orang
yang percaya kepada Yesus Kristus). Kata ekklesia kemudian menjadi pokok
penelitian para teolog dengan menghasilkan pengertian yang berkembang dari kata
ekklesia tsb.
Beberapa
teolog mendefinisikan arti kata Gereja sebagai berikut:
1.
Kata
Gereja berasal dari kata dalam bahasa Portugis “igreja”, yang berasal dari kata
Yunani “ekklesia” yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama
dipanggil oleh Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus
ke surga dan turunnya Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi
“rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga
lahirlah Gereja (van den End, 1992:1-2).
2.
Deitrich Kuhl. Istilah Yunani “ekklesia” dibentuk dari kata ‘ek’ (=dari) dan
‘kaleo’ (=memanggil), yaitu ‘mereka yang dipanggil keluar’. Dalam Perjanjian
Baru istilah ‘ekklesia’ diapakai 115 kali, 10 kali dalam arti Gereja secara
menyeluruh (misalnya Mat. 16:18) dan selebihnya dalam arti “Gereja lokal” atau
“jemaat setempat” (misalnya Mat. 18:17). Jadi kata ‘ekklesia’ dalam Perjanjian
Baru mempunyai arti:
(1) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar
dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa Iblis, dipanggil Allah sendiri,
dipindahkan ke dalam kerajaan Allah-terjadi perubahan status dan pola hidup.
(2)
Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari hidup bagi diri sendiri dan
dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani
Tuhan-perubahan tujuan hidup dan pandangan dasar (Dietrich Kuhl, 1992:34).
Menurut
Henry C. Thiessen, ayat-ayat dalam PB yang memakai kata ‘ekklesia’: 1 Kor.
12:13; 1 Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1 Kor. 15:9; Gal. 1:13; Flp. 3:6; Ef.
5:25-27; Ef. 1:22, 5:23; Kol. 1:18; 1 Kor. 12:28; Ef. 3:10; Ibr. 12:23, yang
berarti sekelompok orang yang terpanggil, sebagai suatu majelis warga negara
dari suatu negara yang mandiri, namun PB memberi arti rohani dari kata ekklesia
yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar dari dunia dan dari hal-hal yang
berdosa (Thiessen, 1995:476).
Kata
"gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia;
dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum
ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks
Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang
Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus.
Amanat
Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20)
betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya
lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di
perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia)[4].
Kata
Gereja (Portugis: Igreja) itu berasal dari kata Yunani "Ekklesia"
artinya "orang-orang yang dipanggil keluar", jadi kata itu tak
menunjuk kepada bangunan yang terbuat dari batu. Gereja adalah Tubuh Mistika
Kristus yang hadir di bumi dan Kristus adalah Kepala dan Batu Penjuru Gereja.
Gereja terdiri dari umat beriman yang
telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang keselamatan Allah di dalam
Kristus. Bangunan gedung adalah tempat berkumpulnya "Gereja" ini.
Oleh karena itu bangunan gedung itu seharusnya disebut "gedung
Gereja", bukan "Gereja" itu sendiri[5].
Kata
gereja dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia dipakai dalam beberapa arti:
Gereja dalam arti menunjuk pada gedung/tempat
beribadah orang Kristen. Istilah ini sering kita pakai atau dipakai oleh
komunitas non Kristen. Misalnya ketika hari Minggu orang yang pergi beribadah,
ketika ditanya maka jawabannya: saya mau ke Gereja. Hari minggu gereja di mana?
Dst. Komunitas lain, misalnya kondektur hendak memberi tahu kepada penumpang
yang akan turun di tempat yang berdekatan dengan rumah gereja, selalu berkata,
gereja … gereja … gereja. Jadi gereja sering dipahami sebagai tempat
perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Tempat ibadah itu bisa bangunan
yang dirancang khusus, memiliki ijin dll utk dipakai sebagai tempat beribadah.
Selain itu, kondisi Indonesia, khususnya Jakarta menyebabkan orang menjadikan
rumah, hotel, aula sebagai tempat beribadah.
Gereja
dalam arti “umat” atau lebih tepat
persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang
Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukan sebuah gedung.
Gereja
juga dipahami sebagai mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen.
Misalkan Gereja Katolik, Gereja Protestan (HKBP, GPIB, GSA dll).
Arti
keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Misalkan
kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
Gereja
(untuk arti pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada
hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan
kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus pada waktu di Yerusalem dan dalam
sejarah perkembangan Gereja[6].
Dari
kajian tentang Gereja dan sejarahnya maka perlu diinsafi hal berikut ini:
Gereja
ada karena Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya. Maka Gereja mempunyai
wujud yaitu persekutuan dengan Kristus dan persekutuan dengan manusia lain dan
persekutuan dalam melaksankana amanat-Nya yaitu pekabaran Injil (Mat. 28:19,
Kis. 1:8) (H. Berkhof dan I. H. Enklaar, 2004:vii).
Arti
Sejarah Gereja
Berdasarkan
definisi atas dua kata, sejarah dan Gereja seperti tersebut di atas maka
berikut ini dirumuskan pengertian dari
kata “Sejarah Gereja”.
Pengertian
tentang Sejarah Gereja, sering dirumuskan berdasarkan dua pendekatan yaitu
uraian empiris dan penilaian teologis. Berdasarkan pendekatan ini maka kajian
teoritis-teologis dari para teolog tidak sama dalam member definisi Sejarah
Gereja. Ini berarti kita akan menemukan
banyak definisi tentang Sejarah Gereja. Keragaman definisi ini
disebabkan karena filosifi daripara ahli tersebut. Filosofi para ahli Sejarah
Gereja mempengaruhi rumusannya tentang Sejarah Gereja. Ada yang merumuskan
pengertian Gereja berdasarkan uraian empiris dan ada pula dengan penilaian
teologis. Ini perlu dikemukakan supaya kita tidak bingung melihat
keanekaragaman definisi tersebut. Akan tetapi, dari keanekaragaman definisi
tersebut dipilih, dipertimbangan, kemudian dirumuskan suatu definisi konseptual
dan operasional dari pengertian Sejarah Gereja yang kemudian memberi arah dalam
kerangka studi Sejarah Gereja yang akan kita lakukan.