Sabtu, 30 April 2016

Sejarah Misi Gereja Katolik di Indonesia Abad ke- 15-18


SEJARAH MISI GEREJA KATOLIK DI INDONESIA ABAD 15-18 Menurut Th. van Den End dalam buku Ragi Carita menyatakan bahwa ciri-ciri Gereja Katolik Eropa tahun 1500 yang membentuk misi di Indonesia, yakni: 1.1 Sistem Hierarkis ( pemerintahan imam). Dengan system ini maka kaum awan yang tidak mempunyai suara dalam Gereja berada dibawah imam. Pada imam berada dibawah Uskup. Para uskup berada dibawah Paus ( kepala Gereja Katolik/pemimpin tertinggi Gereja Katolik). Kelebihan system hierarkis dalam Gereja Katolik adalah Gereja Katolik morganisasi yang sangat rapih. Melalui kerapian organisasi ini menolong Gereja Katolik untuk: (1) Mengatur usaha misi Gereja Katolik yang amat luas , yaitu di seluruh dunia. (2) Mengatur keseragaman penggembalaan, pemuridan,dan tata ibadah ( bh. Ibadahpun serangam,bh. Latin) 1.2 Perkenaan /keutamaan pada sakramen dan bukan pelayanan Firman (Alkitab). Sakramen baptisan, misalnya mutlak diperlukan karena untuk memperoleh keselamatan. Penekanan pada sakramen itu (air,roti dan anggur) bisa saja ditafsirkan masyarakat Gereja Katolik Indonesia sebagai benda-benda yang mempunyai kekuatan sakti. 1.3 Tentang Iman. Gereja Katolik menekankan iman bukan pada apa yang dikatakan Alkitab tetapi iman umumnya diartikan taklukan kepada kekuasaan Gereja. 1.4 Terjemahan Alkitab dalam bahasa daerah tidak dianggap begitu penting. Cukup kalau awan menghafal rumus-rumus pokok agama Kristen: 10 Hukum, Doa ibu Maria, Pengakuan Iman. 1.5 Gereja Eropa pada tahun 1500 mengakui kesatuan asasi atas seluruh kehidupan manusia. Artinya tidak ada bidang dalam kehidupan manusia yang tidak diatur Gereja. Pada waktu itu, Negara/para kaisar berada dibawah Gereja Katolik dan tugas negara adalah Melayani Gereja, melindungi Iman Kristen dari musuh-musuh dan mendukung penyiaran agama/misi Gereja keluar Eropa. Konsep inilah yang mempengaruhi Gereja sehingga ketika Portugis menguasai Indonesia, mereka juga harus melindungi Gereja dari musuh-musuh, membiayai Gereja dst. Dan dapat dibayangkan bahwa dengan system ini Gereja pada waktu itu mendapat dukungan kuat dari negara dalam Arti Portugis sehingga Gereja Katolik dapat bertumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun kenyataannya Gereja tidak berkembang pesat seperti di Filipina yang pada waktu itu dijajah oleh Spanyol. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam system menjajah. Spanyol system menjajahnya yaitu menjajah seluruh wilayah yang dikuasainya, sementara Portugis hanya menjajah daerah-daerah yang hanya menguntungkan mereka dari aspek ekonomi sehingga pertumbuhan Gereja Katolik di Indonesia jauh lebih kurang dari perkembangan gereja di Filipina yang mayoritas beragama katolik.

0 komentar:

Posting Komentar