Slide 1: Doa Pembukaan

Doa Pembukaan dalam Acara Wisuda I STT Parausorat Nauli Jakrta tahun 2014

Slide 2:Bali

Perjalanan Para Guru SD Ke Bali.

Slide 3: Wisuda

Memberi Tabung kepada para wisudawan Program Magister Pendidikan Agama Kristen (M.Pd.K)

Slide 4: Family

Bersama Keponakan yang lulus secara cumlaude di UKSW Salatiga 2014

Slide 4: Anak Bungsu

Medius Holy Historiman Muanley-Anak Bungsu yang menemani perjalanan pp Jakarta-Salatiga

Sabtu, 30 April 2016

Sejarah berdirinya Gereja Katolik di Indonesia Abad 15-16


2. Sejarah berdirinya Gereja Katolik di Indonesia Abad 15-16 Menurut Th. van den End, Misi Gereja Katolik dari Eropa ke Indonesia datang ke Indonesia bersamaan dengan tindakan kekuasaan bangsa Portugis di Indonesia. Bangsa ini selain memperluas kekuasaan Politik dan Ekonomi di Indonesia, mereka ( bangsa Portugis) juga merasa bertanggung jawab atas penyiaran agama Kristen ( Van den End, 2005:28). Terlebih Paus pada waktu itu mendorong setiap Raja Portugis agar mewartakan Iman Kristen Katolik didaerah kekuasaannya di seberang laut atau daerah jajahan Portugis. Raja-raja Portugis diberi hak “Padroado” yaitu bertanggung jawab dalam perluasan misi Katolik didaerah jajahan, dalam arti Raja Portugis diberi hak untuk mengurus sendiri segala sesuatu yang menyangkut dengan Gereja dan Misi di daerah jajahan. Raja Portugis boleh memilih dan mengangkat Uskup di daerah jajahannya dan berhak mengirim misionaris ke daerah jajahan (Van den End, 2005:29) Dari paparan diatas kita melihat misi Gereja datang bersamaan dengan kepentingan politik – ekonomi, oleh karena itu sering Agama Kristen dicap sebagai agama penjajah. Hal ini kadang ditemui dalam interaksi penginjilan kepada orang-orang tua non Kristen yang mengalami jajahan bisaanya mereka katakan Agama Kristen adalah agama penjajah. Maka salah satu manfaat dari belajar Sejarah Gereja Indonesia adalah memberi jawab kepada mereka bahwa agama Kristen bukan agama penjajah. Hanya misi Kristen datang bersamaan dengan kepentingan politik dan ekonomi dua bangsa yang pernah menjajah Indonesia (Van den End 2005:23). Hak “padroado” adalah hak dimana Pemerintah Portugis di daerah jajahan berhak mendukung dan melindungi Gereja, karena Kaisar adalah majikan Gereja atau pelindung Gereja. Segala kebutuhan Gereja dibiayai oleh Negara/Kaisar Portugis, atau tugas Negara (Portugis) adalah melayani Gereja, melindungi iman Kristen dari serangan musuh-musuhnya dan mendukung pemberitaan atau penyiaran keluar (Van den End, 2005:23) 1. Misi Gereja Katolik di Maluku Tahun 1540 Orang-orang Portugis setelah menguasai Malaka, pusat perdagangan di Asia Tenggara pada waktu itu, dan melanjutkan penaklukkan daerah penghasil rempah-rempah yaitu di Maluku. Sultan Ternate menerima kedatangan bangsa Portugis dan mengizinkan bangsa Portugis membangun benteng di Ternate. Selanjutnya pulau Ternate menjadi pangkalan tentara dan saudagar-saudagar Portugis di Indonesia Timur. Selain itu Ternate juga menjadi pusat misi Gereja Katolik untuk Indonesia Timur (Van den End, 2005:36). Dibenteng Portugis Ternate, pemerintah Portugis mengirim satu atau beberapa imam untuk mengadakan pemeliharaan rohani bagi tentara-tentara Portugis dan pedagang-pedagang Portugis yang tinggal di benteng. Para imam itu nampaknya tidak mengadakan penyiaran iman Kristen kepada orang-orang non Portugis sebagai tugas utama mereka, orang-orang bukan Portugis seperti di Halmahera tertarik masuk Kristen karena kesaksian kaum awam. Mereka yang tertarik menjadi Kristen di Halmahera menjadi awal mulainya berdiri Gereja di Halmahera. Dikampung-kampung lain agama Islam sudah terasa kuat, kecuali di Mamuya penduduk masih menganut agama nenek moyang. Pada suatu saat datanglah seorang pedagang Portugis untuk berdagang di Mamuya. Ketika orang-orang Mamuya meminta bantuan karna orang-orang Mamuya sering diganggu kampung-kampung di sekitarnya maka pedagang Portugis memperkenalkan kepada kepala kampung Mamuya untuk meminta perlindungan kepada orang-orang/tentara Portugis di Ternate. Kepala kampung Mamuya selanjutnya setuju atas tawaran itu dan mengirim utusan ke Mamuya untuk mengadakan hubungan dengan Portugis. Setibanya di Ternate utusan-utusan dari kampung Mamuya itu di bawa kepada seorang imam Portugis di benteng Ternate. Imam itu memberi pelajaran Agama Kristen kepada mereka lalu mereka di baptis, setelah itu mereka pulang ke Mamuya (Van den End, 2005:38-39). Ketika kepala kampung itu menerima laporan dari utusan-utusannya maka iapun sangat bergembira dan berencana ke Ternate. Ia dijemput oleh Panglima Portugis dan berangkat ke Ternate. Setelah tiba di benteng Portugis di Ternate, kepala kampung tersebut diberi pelajaran iman Kristen dan setelah itu dibaptis. Ia diberi gelar bangsawan Portugis yaitu: Don Joao (diucapkan: Yoang). Ketika kembali ke kampungnya, ia disertai oleh seorang imam Katolik yaitu Simon Vaz. Dengan kesediaan orang Mamuya untuk menerima baptisan maka Don Joao bersama isi kampungnya dimasukkan dalam masyarakat Kristen Portugis atau menjadi awal mula berdirinya Gereja Katolik Di Mamuya (Van den End, 2005: 38-39) Dari penerapan ini kita berkesimpulan bahwa Gereja Katolik di Mamuya dimulai dengan respon orang-orang dalam kampung Mamuya yang bersedia masuk Kristen, dengan kata lain sejak saat itu Gereja Katolik dimulai di mamuya. Metode misi yang dipakai adalah memakai pendekatan kekuasaan politis bangsa Portugis, artinya kekuasaan politis merupakan factor yang mendorong orang-orang di Mamuya masuk Kristen. Namun tidak terlalu mutlak juga dikatakan demikian kaena ternyata kepala kampung Mamuya yang menjadi Kristen dan diberi gelar bangsawan: Don Joao dapat bertahan dalam iman Kristen ketika ia dipaksa dan diancam untuk menyangkal imannya dan masuk Islam namun dia tetap mempertahankan imannya. Ini artinya unsur kekuasaan politik bukanlah satu-satunya factor pendorong orang masuk Kristen tetapi lebih dari itu adalah factor Teologis yaitu panggilan Tuhan. Metode yang lain yaitu orang Kristen Portugis masuk ke daerah melalui cara berdagang sambil mencari peluang untuk menyiarkan iman Kristen atau peluasan perdagangan diikuti dengan perluasan penyiaran iman Kristen. Perdagangan bergandeng tangan dengan penyiaran agama ( Van den End 2005:40). Selain metode diatas misalnya melaui seorang Rahib Fransiskan, yaitu Simon Vaz, ia memberitakan iman Kristen dan ditopang oleh teladan hidupnya berhasil membuat orang-orang dikampung Mamuya dan kampung-kampung lain menjadi Kristen. Metode misi yang pernah dipakai di Maluku selain metode-metode diatas, seperti metode menghafal rumusan pokok-pokok iman Kristen, seperti doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli, Salah Maria yang kadang disampaikan dalam bahasa Portugis dan bahasa melayu ( Van den End, 2005:40). Kadang orang-orang di Halmahera menjadi Kristen karena melihat kepribadian orang Kristen, seperti Antonio Galvao (1536-1540). Ia adalah panglima Portugis yang ditugaskan di Ternate. Galvao memiliki kepribadian yang mempesona orang-orang non Kristen. Ia adalah seorang yang bijaksana dalam memimpin pemerintahan di Ternate. Pada zaman Antonio Galvao misi mendapat peluang. Bahkan beberapa tokok masyarakat Ternate masuk Kristen dengan kemauan sendiri tanpa paksaan kekuasan Potugal di Ternate, tetapi tertarik dengan kepribadian Antonio Galvao. Bahkan di Sulawesi Selatan meminta supaya dikirim beberapa imam kesana. Jadi pada masa kepemimpinan panglima Portugis yaitu Antonio Galvao di Ternate Kekristenan dan misinya disambut secara baik ( Van den End ,2005:41). Akan tetapi Galvao diganti dengan panglima yang lain maka usaha misi tidak diperhatikan secara baik karena baik panglima yang mengantikan Antonio dan penganti pastor terlalu sibuk dengan urusan dagang maka pekerjaan misi di Maluku Utara menjadi merosot.

Sejarah Misi Gereja Katolik di Indonesia Abad ke- 15-18


SEJARAH MISI GEREJA KATOLIK DI INDONESIA ABAD 15-18 Menurut Th. van Den End dalam buku Ragi Carita menyatakan bahwa ciri-ciri Gereja Katolik Eropa tahun 1500 yang membentuk misi di Indonesia, yakni: 1.1 Sistem Hierarkis ( pemerintahan imam). Dengan system ini maka kaum awan yang tidak mempunyai suara dalam Gereja berada dibawah imam. Pada imam berada dibawah Uskup. Para uskup berada dibawah Paus ( kepala Gereja Katolik/pemimpin tertinggi Gereja Katolik). Kelebihan system hierarkis dalam Gereja Katolik adalah Gereja Katolik morganisasi yang sangat rapih. Melalui kerapian organisasi ini menolong Gereja Katolik untuk: (1) Mengatur usaha misi Gereja Katolik yang amat luas , yaitu di seluruh dunia. (2) Mengatur keseragaman penggembalaan, pemuridan,dan tata ibadah ( bh. Ibadahpun serangam,bh. Latin) 1.2 Perkenaan /keutamaan pada sakramen dan bukan pelayanan Firman (Alkitab). Sakramen baptisan, misalnya mutlak diperlukan karena untuk memperoleh keselamatan. Penekanan pada sakramen itu (air,roti dan anggur) bisa saja ditafsirkan masyarakat Gereja Katolik Indonesia sebagai benda-benda yang mempunyai kekuatan sakti. 1.3 Tentang Iman. Gereja Katolik menekankan iman bukan pada apa yang dikatakan Alkitab tetapi iman umumnya diartikan taklukan kepada kekuasaan Gereja. 1.4 Terjemahan Alkitab dalam bahasa daerah tidak dianggap begitu penting. Cukup kalau awan menghafal rumus-rumus pokok agama Kristen: 10 Hukum, Doa ibu Maria, Pengakuan Iman. 1.5 Gereja Eropa pada tahun 1500 mengakui kesatuan asasi atas seluruh kehidupan manusia. Artinya tidak ada bidang dalam kehidupan manusia yang tidak diatur Gereja. Pada waktu itu, Negara/para kaisar berada dibawah Gereja Katolik dan tugas negara adalah Melayani Gereja, melindungi Iman Kristen dari musuh-musuh dan mendukung penyiaran agama/misi Gereja keluar Eropa. Konsep inilah yang mempengaruhi Gereja sehingga ketika Portugis menguasai Indonesia, mereka juga harus melindungi Gereja dari musuh-musuh, membiayai Gereja dst. Dan dapat dibayangkan bahwa dengan system ini Gereja pada waktu itu mendapat dukungan kuat dari negara dalam Arti Portugis sehingga Gereja Katolik dapat bertumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun kenyataannya Gereja tidak berkembang pesat seperti di Filipina yang pada waktu itu dijajah oleh Spanyol. Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam system menjajah. Spanyol system menjajahnya yaitu menjajah seluruh wilayah yang dikuasainya, sementara Portugis hanya menjajah daerah-daerah yang hanya menguntungkan mereka dari aspek ekonomi sehingga pertumbuhan Gereja Katolik di Indonesia jauh lebih kurang dari perkembangan gereja di Filipina yang mayoritas beragama katolik.

Studi Sejarah Gereja Indonesia


I. STUDI SEJARAH GEREJA INDONESIA 1. PENGANTAR 1.1. Tujuan Belajar Sejarah Gereja Indonesia (Culver, 1993:1)  Agar mahasiswa menyadari bahwa jika mereka tidak mengetahui Sejarah Gereja pada umumnya dan Sejarah Gereja Indonesia pada khususnya, maka akan mengulangi kesalahan pada masa lampau dan hidup secara buta terhadap siapa diri Gereja Indonesia itu.  Agar mahasiswa menghargai para utusan Injil (dari berbagai denominasi) yang mula-mula walaupun mereka melakukan kekeliruan di beberapa tempat di Indonesia, namun rela meneladani perkara-perkara yang baik dari kehidupan dan pelayanan mereka (para penginjil/zending/misionaris) pada masa lampau.  Agar mahasiswa mengerti dan berpegang pada prinsip: ‘Benih Injil Yesus Kristus yang ditabur/diberitakan dan yang mendapat tempat dihati yang tulus akan menghasilkan buah yang baik’.  Dll (mhs. Dapat menambahkan setelah belajar SGI) 1.2. Periodisasi Sejarah Gereja Indonesia (Menurut F.Ukur) 1.2.1. Pra Sejarah Gereja di Indonesia (thn. 645-1930). Masa ini dibagi dalam beberapa periode 1.2.1.1.1. Pemberitaan Injil oleh kelompok Kristen Nestorian yang berpusat di Mesopotamia Hilir (Irak) yang terjadi antara tahun 645-1500. 1.2.1.1.2. Kedatangan Gereja Katolik di Indonesia antara tahun 1511-1666 1.2.1.1.3. Menyebarnya Kristen Protestan ke Indonesia antara tahun 1605-1910. Periode ini dibagi dalam dua tahap:  Babak I : Zaman Calvinis VOC (1605-1800)  Babak II : Zaman Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda (1800-1930) 1.2.2. Sejarah Gereja di Indonesia tahun 1930-Kini. Babak ini dibagi lagi dalam beberapa periode:  Gereja dan Pergerakan Nasionalisme (1930-1941)  Gereja di Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)  Gereja di Masa Perang Kemerdekaan RI (1945-1950)  Gereja yang bertumbuh/tinggal landas (1950-kini) II. SEJARAH GEREJA NESTORIAN DI INDONESIA adalah “ impor” (Culver,1991:9). Makna Rohani : adanya Gereja Nestorian di Indonesia pada tahap awal (antara th. 650-1500) memperlihatkan kepada Pertanyaan awal dalam belajar Sejarah Gereja Indonesia, yaitu kapan Gereja pertama kali didirikan di Indonesia? Apakah harus dimulai dengan kekristenan yang dibawa oleh kelompok Kristen Nestorian di Indonesia (di Barus, Tapanuli Utara) atau pada saat datangnya misi Gereja Eropa di Indonesia? Jawaban terhadap pertanyaan inipun beragam! Bergantung dari bagaimana seorang memberi definisi tentang Sejarah Gereja Indonesia dan dari sudut mana seseorang melihat dan memberi jawab. Misalnya ada yang melihat dari sudut misionaris dan ada pula yang melihat dari sudut respon orang Indonesia terhadap pemberitaan Injil yang dilakukan para misionaris (Yonas Muanley, 2004:1) Sekarang kita melihat jawaban dari beberapa ahli, yang pendapat mereka telah dikutip oleh John Culver, sbb: 1. Dr. Theodore Muller-Kruger, menyatakan, “akan tetapi di Indonesia tidak kita dapati sedikitpun bekas pekabaran Injil, dan tidak ada terdapat seseorang Kristenpun di Indonesia belum kedatangan bangsa Portugis pada abad ke-16. Merekalah yang pertama-tama menjadi penyiar-penyiar Agama Kristen di negeri ini (Culver, 1991:6) 2. Rahmat Subagya (nama samaran untuk Y. Bakker), beliau adalah seorang misionaris dari Ordo Serikat Jesus. Ia menyatakan bahwa ada bukti-bukti tentang meluasnya Kristen Nestorian di tanah air Indonesia pada abad ke-7 dan ke-12 (Culver, 1991:6) 3. Th. Van den End, dalam bukunya Ragi Carita yang ragu-ragu menerima pendapat dari Rahmat Subagya/Y. Bakker, dan menyatakan: “tentang kedatangan orang-orang Nestorian ke Indonesia tidak ada kepastian, apalagi tentang jemaat-jemaat yang mungkin mereka dirikan. Yang pasti ialah bahwa tidak ada garis terus menerus (kontinuitas) antara mereka dengan keKristenan di Indonesia masa kini” (Culver, 1991:6) Dari tiga pendapat diatas, maka bagaimana kita harus mendapat suatu kepastian ditengah silang pendapat antara ahli “kelas berat” diatas, John Culver mengusulkan beberapa tinjauan dan kesimpulan serta pentingnya fakta-fakta tersebut atas perbedaan pendapat tentang hadirnya keKristenan Nestorian di Indonesia. Tinjauan, kesimpulan serta pentingnya fakta-fakta tentang Kristen Nestorian di Indonesia menurut Culver, dapat dipaparkan sbb: Tinjauan atas bukti-bukti kedatang Nestorian di Indonesia abad ke-7 dan abad ke-12. 1. Pertama –tama tidak diragukan bahwa Gereja Nestorian telah meluas ke India pada abad ke-6, ke Sri Langka pada abad ke-6,ke Asia Tengah pada abad ke-5 dan ketiongkok pada tahun 635. Ada juga bukti yang menyatakan bahwa Gereja Nestorian meluas ke Korea, Jepang, Thailan, dan semenanjung Melayu pada waktu yang sama. Salah satu bukti itu adalah peninggalan purbakala, penulisan Sejarah dan surat dari arsip Gereja Nestorian ( (Culver, 1991:7) 2. Gereja Nestorian adalah Gereja yang berpisah dari Gereja Katolik di Kekaisar Romawi pada abad ke-5. Selanjutnya Gereja Nestorian berpusat di Mesopotamia Hilir. Dan satu ciri khas Gereja Nestorian adalah mereka giat memberitakan Injil ketempat yang jauh. Pada abad ke-8 seorang pemimpin Gereja Nestorian Yaitu Timotius I, dalam tulisannya menyebutkan salah satu Rahib Nestorian “ Menyebrang semudera laut dan pergi ke orang-orang India dan orang-orang Tionghoa dengan hanya membawa suatu tongkat dan nakskah kitab suci” (Culver,1991:7) 3. Antara tahun 1150 dan 1170 ada seorang sejarawan dari Mesir yang bernama Shaykh Abu Salih al Armini, dalam karangannya yang berbahasa Arab dengan judul “ Daftar berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan-pertapaan dari propinsi-propinsi Mesir dan tanah-tanah diluarnya”, menyebutkan: adanya Gereja-gereja Nestorian di kota Fansur, yaitu nama kuno untuk daerah Barus di Sumatera Utara”, Fansur: disana terdapat banyak Gereja dan semuanya adalah dari Nasara (Kristen) Nasathiriah ( istilah bh. Arab untuk Nestorian), dan demikianlah keadaan di situ ….. dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama: Bunda Perawan Murni Maria” ( Culver,1991:7) 4. Pada tahun 1348-1349, Giovani Marignolli (seorang misionaris dari Ordo Franciscan) mengunjungi “ Istana Ratu Syeba (kemungkinan istana itu adalah Bubat, pusat Keraajan Mojopahit yang terletak pada sungai Berantas, Jawa Timur. Dia menulis tentang pengalamannya (Giovani Marignolli) disitu antara lain: “…. Dan setelah kami menemui sejumlah jiwa, karena terdapat beberapa orang Kristen disana, saya meneruskan perjalanan saya melalui samudera laut ke Seyllan (Sri Langka) (CulVer, 1991:7). 5. Abd-Ishu, seorang tokoh Nestorian yang meningggal pada tahun 1318, telah menyusun satu daftar keuskupan Nestorian dimana ia menyatakan bahwa ada keuskupan di “kepulauan samudera, yaitu Debbag (Jawa)” yang adalah besarnya nomor liambelas dan daftar keuskupannya ( Culver, 1991:8). Walaupun belum dapat dipastikan secara mutlak bahwa Dabbag atau dengan sebutan lain, Zabaj ( dua-duanya bh. Arab) adalah Jawa, namun kebanyakan ahli berpendapat bahwa Dabbag itu tidak lain dari pulau Jawa (Culver, 1991:8) 6. Menurut suatu naskah Gereja Nestorian, dinyatakan bahwa pada tahun 1503, seorang patriak Nestorian mengutus tiga uskup kepada: “….. the country of India, the islands of the sea whick are inside Java (kata asli, Dabbag) and to China Culver,1991:8). Kesimpulan atas bukti-bukti tentang Nestorian di Indonesia abad ke-7 dan abad ke-12 dan sbb: 1. Walaupun terdapat suatu peninggalan purbakala yang “mutlak” membuktikan adanya Gereja Nestorian di Indonesia, namun dilihat dari berbagai sumber bukti dan fakta sedemikian banyak sehingga kita dapat simpulkan bahwa: Gereja Nestorian sudah ada di Indonesia, paling lambat pada abad ke-12,sangat mungkin sebelum abad itu ( Culver,1991:8). 2. Adanya kegiatan-kegiatan berdagang dan pekabaran Injila, dalam sumber Th. Van den End disebutkan bahwa ciri kelompok Kristen Nestorian adalah selain mempunyai semangat berdagang meeka juga memiliki semangat pekabaran Injil kaum Nestorian di negeri-negeri tetangga Indonesia menunjang pendapat diatas itu atau kemungkinan oleh semangat itu maka mereka dapat hadir di Indonesia pada kurun waktu yang disebutkan diatas. Pentingnya Fakta-fakta tentang Nestorian di Indonesia Pada Masa Lampau. 2. Jika hal-hal diatas itu benar, maka mengapa dan bagaimana Gereja Nestorian hilang tak berbekas masa kini ? sebagai jawaban perlu diingat bahwa hal yang sama terjadi di Tiongkok, yaitu ketika misi Nestorian datang ke Tiongkok tahun 635 dan mendirikan banyak Gereja berbagai tempat di Tiongkok, namun kemudian hari Gereja Nestorian menjadi hilang di Tiongkok. Hal ini disebabkan karena korban dari politik, penganiayaan atau banyak factor menyebabkan Kristen Nestorian Menjadi hilang dibeberapa tempat di Asia, termasuk di Indonesia. 3. sampai abad ke-17, tidak ada bukti mutlak sama sekali bahwa kaum Nestorian pernah menginjakkan kakinya di Tiongkok. Akan tetapi pada tahun 1625 ditemukan di kota Sian-Fu peninggalan Purbakala, yakni monument Nestorian (Monument Chang’an). Pada monument ini terukir dalam tulisan Tionghoa, gaya yang klasik abad ke-8, bahwa seorang rohaniwan Kristen Nestorian bernama Alo-pen dari Siria telah datang menghadap sang kaisar Tiongkok yaitu Dinasti Sung untuk meminta izin menyebarluaskan ajaran Kristen Nestorian di Tiongkok (Culver,1991:9). 4. Sementara kita menantikan bukti “mutlak” atas adanya Gereja Nestorian di di Indonesia, perlu kita mempertimbangkan makna (kegunaan) dari fakta-fakta dari kehadiran Kristen Nestorian di Indonesia ( Barus, dan Jawa), yaitu: Makna Apologetika : adanya Gereja Nestorian Merongrong pendapat pihat yang mengatakan Gereja Kristen di Indonesia kita bahwa Allah tidak mengesampingkan bangsa Indonesia dari jangkauan anugerah-Nya. Hal itu juga menyisaratkan bahwa Tuhan memiliki rencana yang agung buat Indonesia dimasa depan (Culver, 1991:9) Reffleksi histories ( Pelajaran Sejarah) 1. Kesulitan mendapat data-data tentang Gereja Nestorian di Indonesia pada masa lampau karena tidak ada orang Indonesia yang mendengar, dan mungkin bertobat dan menjadi Kristen pada waktu itu namun tidak menulis tentang kegiatan mereka yang berhubungan dengan penginjilan, maka kita dalam pelayanan Gereja/ PI/pendidikan Alkitab yang berhubungan dengan Tuhan, seperti pengangkatan majelis atau kegiatan-kegiatan gereja hendaknya ditulis dan diarsipkan supaya suatu saat generasi kita pada masa mendatang mendapat sumber-sumber untuk pembahasan Sejarah Gereja didaerah-daerah tertentu di Indonesia. 2. Kegiatan PI Nestorian di Barus Sumatera Utara menolong kita untuk memahami pesan teks kitab suci Kristen: alangkah indahnya telapak kaki orang percaya yang yang membawa berita sukacita, dikemudian hari Nomensen dengan pelayanannya menghasilkan Gereja di Sumatera dan Gereja tersebut menjadi salah satu Gereja terbesar (jumlah anggota jemaat) di Indonesia,yaitu Gereja HKBP. 3. PI yang kita lakukan disuatu tempat kecil, dan mungkin suatu saat hilang tetapi bisa saja saat-saat yang akan datang orang-orang Kristen untuk berPI di daerah yang pernah kita layani dan berkembang menjadi Gereja yang pesat. 4. Jika kelompok Nestorian mempunyai semangat berdagang dan juga semangat dalam melakasanakan PI maka kita pun harus demikian. Sesibuk apapun dalam pekerjaan kita yang berhubungan kebutuhan jasmani kita juga tidak boleh ketinggalan semangat PI melalui profesi kita.

Pendahuluan


Kurikulum Standar Nasional yang kita miliki mengakomodir bobot mata kuliah Sejarah Gereja dalam 8 SKS, termasuk Sejarah Gereja Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa studi Sejarah Gereja, khsususnya Sejarah Gereja Indonesia itu signifikan bagi mahasiswa teologi. Namun kendala yang selalu dijumpai dalam proses pembelajaran Sejarah Gereja adalah minat terhadap mata kuliah ini. Pengalaman kami dalam mengajar Sejarah Gereja umum, Asia dan Indonesia di beberapa perguruan tinggi Teologi menunjukkan tidak terlalu banyak mahasiswa yang berminat untuk mata kuliah Sejarah Gereja. Kalaupun mahasiswa hadir di kelas untuk mengikuti kuliah itu hanya sekedar memenuhi persyaratan sekolah. Ada mahasiswa yang pernah berkata kepada kami, pak soal ujian sejarah Gerejanya jangan menghafal ya!, ada pula yang berkata belajar sejarah gereja itu membosankan dan tidak ada kemanfaatan untuk pergumulan masa kini, semuanya hanya berurusan dengan masa lampau. Disini kami pahami bahwa pendekatan terhadap studi sejarah Gereja kadang lebih bersifat menghafal saja sehingga mahasiswa merasa tidak ada kemanfaatan belajar sejarah Gereja kemanfaatan pergumulannya masa kini. Dan untuk mengatasi masalah klasik mahasiswa dalam studi Sejarah Gereja seperti yang disebut di atas, maka pendekatan yang kami pakai dalam belajar Sejarah Gereja Indonesia adalah pendekataan kemaknaan Sejarah Gereja. Memang benar! Dalam belajar sejarah Gereja tidak dapat dihindari hafalan tetapi falan tidak ada manfaatnya kalau tidak disertai dengan usaha untuk memahami apa yang dihafalnya. Oleh karena itu penekanan kami dalam studi Sejarah Gereja Indonesia adalah berusaha mencari makna dari fakta masa lampau, karena dengan demikian fakta yang mati dapat dihidupkan atau menjadi berguna bagi kita masa kini. Dan kami berharap ikiranya apa yang kami kemukakan menolong para mahasiswa program koresponden untuk bersemangat belajar Sejarah Gereja Indonesia. Studi sejarah Gereja Indonesia yang kita lakukan lebih banyak menyinggung tentang Gereja-gereja Katolik dan Protestan arus Calvinis dan Lutheran. Selain itu pembahasan juga berkisar pada Gereja-gereja kelompok Pentakostal dan denominasi lainnya yang masuk ke Indonesia pada abab ke-19 dan 20. Namun tidak banyak dibicarakan karena literature yang tersedia juga tidak banyak menginformasikan tentang Gereja-gereja di luar Gereja aliran Calvinis dan Lutheran di Indonesia. Konsekwensinya yaitu dua kelompok Gereja Protestan yang lebih banyak dibicarakan dalam diktat ini. Informasi tentang Sejarah Gereja Indonesia meliputi Sejarah Gereja Nestorian di Indonesia, Misi Gereja Katolik di Indonesia, Tersebarnya Kristen Protestan (aliran Calvinis) di Indonesia dan Gereja Protestan Indonesia yang bertumbuh ke arah kemandirian. Selain itu dibahas juga Gereja-gereja Indonesia yang telah berusaha mandiri sebelum tahun 1930 yaitu beberapa Gereja Sumatera dan Geeja-gereja Pantekosta yang dimulai di Cepu dan berkembang ke daerah lainnya di Indonesia. Akhirnya harapan dan doa kami kiranya mahasiswa dapat mengadakan studi Sejarah Gereja dengan terfokus kepada inti belajar Sejarah Gereja yaitu belajar bertanya. Selamat bertanya pada Sejarah Gereja dan selamat menikmati kekayaan dari belajar Sejarah Gereja untuk diri dendiri dan jemaat atau dalam pelayanan. Penyusun Yonas Muanley

Tugas Sejarah Gereja Indonesia


PENJELASAN TUGAS-TUGAS Syarat-syarat dalam penyelesaian tugas (Paper, Ringkasan Buku, Ujian) Tuntunan pembuatan paper, dan ringkasan buku 1. Perhatikan unsure-unsur penting dalam pembuatan dan penyelesaian tugas-tugas, baik untuk Paper dan juga ringkasan buku. Susunannya sebagai berikut:  Pendahuluan Jelaskan latar belakang dan isi dari materi secara singkat dan juga sasaran yang ingin dicapai  Membahas isi materi Mengambil dan menggali informasi dari buku-buku dan menjelaskan berdasarkan analisa anda.  Kesimpulan Menetapkan sasaran/goal penulisan berdasarkan analisa dan penafsiran anda  Kepustakaan Berikan informasi buku-buku yang dipergunakan 2. Perhatikan format penulisan yang ditetapkan oleh STT sebagai persyaratan yang harus ditaati. Syaratanya adalah sebagai berikut:  Tipe huruf : Times New Romans  Ukuran huruf : 12  Jarak Spasi : 2  Jenis Kertas : A4 Jumlah halaman yang ditetapkan:  Paper : 15 halaman s/d (max) 20 halaman  Ringkasan Buku : 10 s/d 15 halaman  Ujian : Sesuai dengan pertanyaan yang diberikan Persyaratan pembuatan, Paper & Ringkasan Buku (Reading Raport) 1. Dalam menyelesaikan tugas-tugas tidak diizinkan hanya mengkopi sepenuhnya dari buku-buku referensi. Setiap mahasiswa diharuskan memberi argumentasi dari apa yang sudah dipelajari dalam materi kuliah. 2. Wajib memakai 3 s/d 5 buku referensi lain dalam menyelesaikan tugas paper. 3. Diakhir lembaran dari tugas Paper harus disertai Daftar Pustaka. 4. Semua tugas yang diberikan harus diberi sampul depan dan dilapis dengan plastic transparan di depan sesuai ketentuan yang berlaku di STT (Sampul depan diberikan dalam setiap materi kuliah) 5. Sampul depan di lampirkan dibagian belakang dari setiap materi kuliah. Tugas yang tidak disertai sampul depan tidak akan diterima 6. Semua tugas yang diberikan diwajibkan untuk diketik, yang tidak diketik akan dinyatakan gugur dan tidak mendpat nilai.

Silabus


SILABUS Mata Kuliah : Sejarah Gereja Indonesia Kode Mk : Dosen : Pdt. Yonas Muanley, M.Th. Bobot : 2 SKS Deskripsi Mata kuliah menyajikan informasi tentang Gereja-gereja di Indonesia Sejak abat ke-7/12 sampai dengan datangnya Misi Gereja Katolik Eropa, kemudian dilanjutkan dengan informasi tentang misi Gereja Protestan (Gereja aliran Cavinis) di Indonesia dan gereja Lutheran serta gereja-gereja yang masuk di Idonesia di luar zending Belanda, seperti gereja Pentakosta dan lain-lain. Pembahasan akan berbagai denominasi Gereja pada masa lampau kiranya menolong kita untuk memahami karya Tuhan pada masa lmpau dalam diri orang-orang yang dipanggil untuk menjadi pengikut-Nya (Gereja). Untuk mencapai maksud ini maka ada sejumlah pokok yng dibahas dalam Sejarah Gereja Indonesia. Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami kehadiran misi-misi Gereja di Indonesia dan perkembangan Gereja di Indonesia setelah berakhir misi Gereja dari luar Indonesia 2. Mahasiswa menjelaskan bagian-bagian sejarah Gereja Indonesia yang dipelajarinya dalam bentuk mengerjakan tugas dan menjelaskan soal-soal ujian Sistem Kuliah Perkuliahan dilakukan dengan jarak jauh yang didukung oleh penyelesaian tugas-tugas perkuliahan, yaitu; Paper, Reading report, dan ujian Referensi  Dikatat – Sejarah Gereja Indonesia  Th. van den End, Ragi Carita Jilid 1 dan 2, BPK Gunung Mulia,2005/2003 (Kedua materi kuliah ini adalah wajib untuk dimiliki) Pustaka Pendukung  Dapat dilihat pada daftar pustaka pada diktat Tugas 1.Paper 2. Ringkasan Buku (Reading report) Kriteria Penilaian  Paper : 50 %  Ringkasan Buku : 30 %  Ujian : 20 %

Daftar Isi Bahan Ajar Sejarah Gereja Indonesia


DAFTAR ISI Daftar Isi Kata Pengantar Bagaimana Menggunakan Buku Pelajaran ini Sistem Penilaian/Grading System Penuntun Belajar Jadwal Belajar Mahasiswa Silabus Penjelasan Tugas-tugas Pendahuluan Pengantar Studi Sejarah Gereja Indonesia Pengantar Sejarah Gereja Indonesia Tujuan belajar Sejarah Gereja Periodisasi Sejarah Gereja Indonesia Makna Belajar Sejarah Gereja Indonesia Sejarah Gereja Indonesia Sejarah Gereja Nestorian di Indonesia Sejarah Gereja Katolik di Indonesia Misi Gereja Katolik dalam sistem “Padroado” (pada masa Portugis) Misi Gereja Katolik dalam sistem Kontra Reformasi Sejarah Gereja Protestan di Indonesia Tersebarnya Gereja Protestan di Indonesia Masa VOC Pemerintah Hindia Belanda Gereja dan Nasionalisme Gereja dan Perang Kemerdekaan Gereja Menuju Kemandirian Pustaka Rujukan Informasi Tugas Mata Kuliah dan Sampul Depan

Standar Kompetensi


Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah gereja-gereja di Indonesia sejak abad ke-16 sampai abad ke-20, dan menerapkan semangat hidup sebagai warga gereja yang meneruskan sejarah gereja dalam kehidupan praktis yang multikultural Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan arti dan manfaat mempelajari sejarah gereja-gereja di Indonesia 2. Menjelaskan pembagian periodisasi sejarah gereja-gereja di Indonesia 3. Menjelaskan konteks Nusantara sebelum masuknya Injil ke Nusantara 4. Menjelaskan misi Gereja Katolik di Indonesia sejak abad ke-16 hingga abad ke-17 5. Menjelaskan Zending gereja Protestan di Indonesia zaman VOC 6. Mengidentifikasi sikap pekabar Injil terhadap agama suku di Nusantara 7. Mencermati perkembangan gereja Protestan di Indonesia sejak tahun 1800 8. Menjelaskan peran lembaga-lembaga Zending 9. Menjelaskan gerakan kemandirian gereja Protestan di Indonesia 10. Menjelaskan gereja-gereja Pentakosta, Injili dan Karismatik di Indonesia