Jumat, 25 Desember 2015

Arti Sejarah Gereja

ARTI, MAKNA DAN TUJUAN SERTA PERIODISASI
SEJARAH GEREJA INDONESIA
Setelah mengikuti pembahasan tentang arti, makna dan tujuan serta periodisasi Sejarah Gereja Indonesia maka mahasiswa mampu:
1.    Menjelaskan arti Sejarah dan Gereja, serta merumuskan arti Sejarah Gereja berdasarkan dua kata yang telah diartikan.
2.    Merumuskan definisi konseptual dan operasional terhadap Sejarah Gereja Indonesia yang dapat dijadikan sebagai definisi yang menolong dalam membahas materi sejarah Gereja Indonesia yang sangat luas yang tidak mungkin diselesaikan dalam satu semester.
3.     Definisi tersebut digumululi dalam kelompok dan dipresentasikan di kelas untuk ditanggapi warga pembelajar Sejarah Gereja Indonesia di Semester V.
4.    Menilai dan memberi argumentasi pada rumusan makna dan tujuan studi Sejarah Gereja Indonesia. Menilai periodisasi yang dibuat oleh Fridolin Ukur, khususnya topic prasejarah Gereja Indonesia.
    
Pokok-pokok bahasan 1:
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan di atas maka untuk mencapai tujuan tersebut, dipilihlah materi yang sesuai dengan tujuan yang mau dicapai oleh mahasiswa. Materi tersebut diuraikan sbb:
1.1.Arti Sejarah Gereja
Sebelum kita merumuskan arti (baca: definisi), tujuan serta periodisasi Sejarah Gereja Indonesia, baiklah kita mulai studi ini dengan mencermati pertanyaan berikut ini dalam hubungannya dengan Sejarah Gereja Indonesia.
Pertanyaan:
1.      Siapa-siapa yang akan menjadi tokoh-tokoh dalam riwayat sejarah yang hendak kita sajikan? Apakah orang-orang Eropa (para misionaris) atau orang-orang Indonesia yang bertobat dan menjadi percaya dan merespon karya Tuhan Yesus Kristus?
2.      Pemikiran dan perbuatan siapa yang akan ditonjolkan?
3.      Para pekabar Injil dari Baratkah? Atau orang-orang Indonesia yang melalui usaha orang-orang Barat itu belajar mengenal Yesus Kristus dan menerima iman Krsten?
Jawaban:

Th. Van den End menolong kita dalam jawaban seperti berikut:
Dalam tulisan-tulisan Sejarah Gereja (ilmu sejarah Gereja) yang disusun pada masa lampau, tokoh-tokoh, perbuatan serta pemikiran para pekabar Injil yang  dijadikan pusat pusat perhatian. Menurut Van den End, cara ini merupakan cara yang paling mudah. Bukankah berita-berita tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di tengah gereja muda itu (gereja-gereja yang lahir dari PI oleh para misionaris Eropa) hampir semua keluar dari para zending? Mereka inilah yang mengirim laporan-laporan ke pengurus lembaga pekabaran Injil yang telah mengutus mereka, mereka yang menulis buku-buku kenang-kenangan, dari tangan mereka pula berasal, sampai sekarang, sebagian besar buku-buku ilmiah mengenai sejarah gereja-gereja kita (Sejarah Gereja Indonesia). Di balik itu, orang-orang Kristen yang telah bertobat dan dilayani oleh mereka (para misionaris) tidak atau hampir tidak mempunyai suara. Mereka tidak banyak berbicara, apalagi menulis. Jadi, kalau kita menggunakan saja sumber-sumber yang tersedia, sang pekabar Injillah (misionaris) yang menjadi tokoh utama dalam sejarah gereja Indonesia.
Van den End, melanjutkan dengan evaluasinya dengan menyatakan: namun demikian, kenyataan ini tidak bisa dibenarkan. Kita dengan sewajarnya merasa, gambarannya belum lengkap kalau hanya pihak Eropalah yang disoroti. Ini ada dasar teeologisnya, yaitu sejarah gereja hanya memperlihatkan para pekabar Injil (misionaris dari Eropa), maka ia hanya merupakan sejarah pekabaran Injil atau dapat kita katakana sejarah missi. Van den End, menegaskan bahwa: sejarah gereja seharusnya meliputi bidang-bidang lebih banyak dari pada hanya pekabaran injil. Ada ibadah, ada organisasi gereja, ada ajaran gereja, ada kesalehan hati, ada kelakuan orang-orang Kristen terhadap saudaranya dan terhadap dunia sekitarnya. (van den End, 1999: 4-5)
Singkatnya Sejarah Gereja tidak lain bagaimana orang-orang Kristen anggota suatu gereja menghayati dan mengungkapkan iman mereka. Dari sejarah serta bentuk gereja muda dapat dilihat “jawaban mereka”. Jawaban itu ialah usaha mereka, agar iman mereka diberi bentuk dan wujud yang nyata.
Berdasarkan penilaian di atas marilah kita bersama merumuskan suatu definisi sejarah Gereja Indonesia,  definisi tersebut dapat kita rumuskan berdasarkan definisi para ahli sejarah gereja, kemudian kita berupaya merumuskan sebuah definisi sejarah gereja Indonesia yang bersifat definisi konseptual dan operasional demi menjadi arah bagi kita dalam memilih materi sejarah dan membahasnya selama satu semester ini.
Arti Sejarah
Arti kata Sejarah. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah.
1.      Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau).
2.      Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah = Ilmu Sejarah / pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).
Jadi, berdasarkan definisi ini, belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta masa lampau (peristiwa-kejadian itu sendiri) dan usaha menguraikan fakta/peristiwa tersebut. Dua hal ini tidak dapat kita abaikan dalam studi Sejarah Gereja Indonesia.
Arti Gereja.
Gereja merupakan kata pungut[1] dalam Bahasa Indonesia dari Bahasa Portugis igreja. Bahasa Portugis selanjutnya memungutnya dari Bahasa Latin  Ecclesia[2] yang memungutnya dari Bahasa Yunani ekklêsia yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata kaleo=memanggil)/orang yang dipanggil keluar. Jadi, ekklesia berarti kumpulan orang yang dipanggil ke luar (dari dunia ini).[3] Adanya ekklesia (berkumpul) karena ada yang memanggil      (panggilan).
Kata ekklesia ini kemudian dipakai oleh penulis-penulis Perjanjian Baru untuk menunjuk pada persekutuan orang-orang yang dipanggil oleh Yesus (orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus). Kata ekklesia kemudian menjadi pokok penelitian para teolog dengan menghasilkan pengertian yang berkembang dari kata ekklesia tsb.
Beberapa teolog mendefinisikan arti kata Gereja sebagai berikut:
1.      Kata Gereja berasal dari kata dalam bahasa Portugis “igreja”, yang berasal dari kata Yunani “ekklesia” yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama dipanggil oleh Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan turunnya Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja (van den End, 1992:1-2).
2. Deitrich Kuhl. Istilah Yunani “ekklesia” dibentuk dari kata ‘ek’ (=dari) dan ‘kaleo’ (=memanggil), yaitu ‘mereka yang dipanggil keluar’. Dalam Perjanjian Baru istilah ‘ekklesia’ diapakai 115 kali, 10 kali dalam arti Gereja secara menyeluruh (misalnya Mat. 16:18) dan selebihnya dalam arti “Gereja lokal” atau “jemaat setempat” (misalnya Mat. 18:17). Jadi kata ‘ekklesia’ dalam Perjanjian Baru mempunyai arti:
 (1) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa Iblis, dipanggil Allah sendiri, dipindahkan ke dalam kerajaan Allah-terjadi perubahan status dan  pola hidup.
(2) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari hidup bagi diri sendiri dan dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan-perubahan tujuan hidup dan pandangan dasar (Dietrich Kuhl, 1992:34).
Menurut Henry C. Thiessen, ayat-ayat dalam PB yang memakai kata ‘ekklesia’: 1 Kor. 12:13; 1 Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1 Kor. 15:9; Gal. 1:13; Flp. 3:6; Ef. 5:25-27; Ef. 1:22, 5:23; Kol. 1:18; 1 Kor. 12:28; Ef. 3:10; Ibr. 12:23, yang berarti sekelompok orang yang terpanggil, sebagai suatu majelis warga negara dari suatu negara yang mandiri, namun PB memberi arti rohani dari kata ekklesia yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar dari dunia dan dari hal-hal yang berdosa (Thiessen, 1995:476).
Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus.
Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia)[4].
Kata Gereja (Portugis: Igreja) itu berasal dari kata Yunani "Ekklesia" artinya "orang-orang yang dipanggil keluar", jadi kata itu tak menunjuk kepada bangunan yang terbuat dari batu. Gereja adalah Tubuh Mistika Kristus yang hadir di bumi dan Kristus adalah Kepala dan Batu Penjuru Gereja. Gereja terdiri  dari umat beriman yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang keselamatan Allah di dalam Kristus. Bangunan gedung adalah tempat berkumpulnya "Gereja" ini. Oleh karena itu bangunan gedung itu seharusnya disebut "gedung Gereja", bukan "Gereja" itu sendiri[5].
Kata gereja dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia dipakai dalam beberapa arti:
 Gereja dalam arti menunjuk pada gedung/tempat beribadah orang Kristen. Istilah ini sering kita pakai atau dipakai oleh komunitas non Kristen. Misalnya ketika hari Minggu orang yang pergi beribadah, ketika ditanya maka jawabannya: saya mau ke Gereja. Hari minggu gereja di mana? Dst. Komunitas lain, misalnya kondektur hendak memberi tahu kepada penumpang yang akan turun di tempat yang berdekatan dengan rumah gereja, selalu berkata, gereja … gereja … gereja. Jadi gereja sering dipahami sebagai tempat perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Tempat ibadah itu bisa bangunan yang dirancang khusus, memiliki ijin dll utk dipakai sebagai tempat beribadah. Selain itu, kondisi Indonesia, khususnya Jakarta menyebabkan orang menjadikan rumah, hotel, aula sebagai tempat beribadah.
Gereja dalam arti  “umat” atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukan sebuah gedung.
Gereja juga dipahami sebagai mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Misalkan Gereja Katolik, Gereja Protestan (HKBP, GPIB, GSA dll).
Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Misalkan kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
Gereja (untuk arti pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus pada waktu di Yerusalem dan dalam sejarah perkembangan Gereja[6].



Dari kajian tentang Gereja dan sejarahnya maka perlu diinsafi hal berikut ini:

Gereja ada karena Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya. Maka Gereja mempunyai wujud yaitu persekutuan dengan Kristus dan persekutuan dengan manusia lain dan persekutuan dalam melaksankana amanat-Nya yaitu pekabaran Injil (Mat. 28:19, Kis. 1:8) (H. Berkhof dan I. H. Enklaar, 2004:vii).

Arti Sejarah Gereja

Berdasarkan definisi atas dua kata, sejarah dan Gereja seperti tersebut di atas maka berikut ini  dirumuskan pengertian dari kata “Sejarah Gereja”.

Pengertian tentang Sejarah Gereja, sering dirumuskan berdasarkan dua pendekatan yaitu uraian empiris dan penilaian teologis. Berdasarkan pendekatan ini maka kajian teoritis-teologis dari para teolog tidak sama dalam member definisi Sejarah Gereja. Ini berarti kita akan menemukan  banyak definisi tentang Sejarah Gereja. Keragaman definisi ini disebabkan karena filosifi daripara ahli tersebut. Filosofi para ahli Sejarah Gereja mempengaruhi rumusannya tentang Sejarah Gereja. Ada yang merumuskan pengertian Gereja berdasarkan uraian empiris dan ada pula dengan penilaian teologis. Ini perlu dikemukakan supaya kita tidak bingung melihat keanekaragaman definisi tersebut. Akan tetapi, dari keanekaragaman definisi tersebut dipilih, dipertimbangan, kemudian dirumuskan suatu definisi konseptual dan operasional dari pengertian Sejarah Gereja yang kemudian memberi arah dalam kerangka studi Sejarah Gereja yang akan kita lakukan.

0 komentar:

Posting Komentar